Disconnect

aku ingat. ia menjajikan kita penerabasan batas

menjanjikan terbukanya cakrawala dunia

menjanjikan pertunjukan budaya dari tiap inci wajah bumi

menjanjikan cinta jarak jauh

menjanjikan pertukaran informasi global

menjanjikan akses sebagai warga dunia

 

tapi saat tangan mampu menangani segalanya, kaki menjadi murung

saat cahaya digital menghiasi tiap ruangan, kertas-kertas menjadi murung

saat obrolan dengan teman memenuhi layar, teman disampingmu menjadi murung

saat pengambilan gambar hanya dipersembahkan bagi jejaring sosial, momen indah pudar menjadi murung

saat fokusmu pada maya, nyata tak lagi nyata. nyata menjadi hampa. nyata menjadi semu.

 

aku hanya satu kali hidup

dengan sentuhan. genggaman. jejak. batas.

aku hanya mati satu kali

dengan kehilangan. air mata. kain. tanah.

 

aku tak mati dalam kondisi digital

aku mau kematian yang nyata.

aku mau kehidupan yang tak dililit maya, agar nyata senantiasa ada.

3 thoughts on “Disconnect

  1. aku rindu pertemanan kita, ketika bersama tanpa harus saling bicara kita tau apa terucap lebih dulu di kepala kita, ketika perlahan aku mulai hafal lagu-lagu yang selalu kau putar, ketika selalu memberi “high five” untuk tanda sepakat, bahkan tak butuh berkaleng-kaleng bir untuk membuat kita mabuk dan tertawa!
    ada arus pendek yang membuat kita tak saling terhubung, seutas kabel yang terbakar di dada membuat kita sakit tapi tak meronta, suara kita teredam oleh entah, aku kita memperbaikinya, merakitnya lagi bersama akan tetap terhubung sampai kapanpun…

  2. Terkadang kedekatan virtual lebih terasa nyata daripada realitas itu sendiri. Maya menjadi nyata, nyata menjadi maya..Semua terasa artificial ya šŸ™‚

Leave a comment